“Hanya tersisa kurang dari dua jam apakah semuanya sudah sesuai dengan rencana?” Suho memandang semua teman-temannya.
Mereka bersebelas hanya membalasnya dengan mengangkat bahu. “Seharusnya memang semua sudah selesai, apakah ada tambahan lagi?” Sahut Kyungsoo.
Suho menggeleng. “Tidak daftar namanya tetap sama. Aku hanya ingin memastikan bahwa semuanya sesuai dengan apa yang kita rencanakan.”
“Rileks sobat, semuanya akan berjalan dengan lancar.” Chanyeol berusaha menenangkan Suho dengan mengacak-acak rambut pria itu pelan. Suho hanya tersenyum menanggapinya.
“Baiklah aku percaya, mari kita bersiap-siap. “ komando Suho.
Kedua belas pemuda yang rata-rata baru memasuki usia ‘cukup umur’ itu segera menuju meja besar di tengah ruangan. Mereka mengambil bungkusan plastik transparan yang berisi kemeja hijau, celana jeans biru, suspender berwarna gelap serta topi bundar berwarna merah marun.
“Serius kita memakai kostum ini?” Baekhyun mengerutkan keningnya. Dan detik berikutnya makhluk yang termasuk golongan mungil itu segera menggerutu dan sedikit mengomel.
“Menurutku kostum ini tidak terlalu buruk.” Timpal Sehun, kemudian sedikit berpose sembari mematut bayangan dirinya di depan cermin. Bahkan ia menambahkan seulas senyum manis untuk menyempurnakan bayangan dirinya.
“Iya itu menurutmu, kau mempunyai rasio panjang kaki dan panjang badan yang pas.” Ujar Xiumin sedikit sewot. Dengan sangat terpaksa ia harus menggulung sebagian ujung celana jeansnya agar tidak terlihat terlalu panjang.
“Hyeooonnggggggg…. Jangan bertengkar.” Lay yang saat itu berdiri diantara Xiumin dan Sehun terlihat mulai merengek.
Sehun hanya mendengus dan terdengar menyebutkan kata maaf namun tampaknya ia tidak terlalu ambil pusing dengan keluhan Xiumin dan mengacuhkan Lay.
“Menurutku kostum ini juga tidak terlalu buruk.” Luhan memberikan pendapatnya. “Apa mungkin karena aku ini tampan jadi apapun yang aku kenakan tidak akan terlalu berakibat banyak padaku.”
Mendengar narsisme Luhan semua orang yang mendengarkan serentak memutar bola matanya dengan malas.
“I’m a cool guy, and a cool guy isn’t talking to much. Jadi aku tidak akan berkomentar.” Ujar Kris. Ia memasang topi merah marun itu dikepalanya dan tersenyum lebar di depan kaca.
Kai yang mendengar pembicaraan yang makin lama makin tidak jelas itu hanya bisa mendesah pelan kemudian memejamkan mata. Harus berapa lama lagi ia harus bersabar dengan orang-orang ini.
“Jadi mari kita ulang kembali runtutan acaranya. Kita berdua belas akan begantung pada kekuatan Kai. Kemudian berteleport ke desa Guryong. Kita akan menghibur anak-anak disana dengan bernyanyi dalam acara natal yang diadakan oleh gereja mereka.” Chen membenarkan suspendernya sambil terus menjelaskan. “Setelah bernyanyi kita akan membagi-bagikan hadiah.”
Tao yang sudah selesai berpakaian sedari tadi hanya menguap sambil mengangguk-angguk. “Pastikan bahwa malam natal ini bisa memberikan kita cadangan kekuatan selama dwuuuu… aahhhhhhh bulan.” Ujarnya sambil menguap untuk yang kesekian kalinya.
“Sudah aku cek dan tampaknya semua bisa berjalan seperti yang kita harapkan.” Suho melirik arloji di pergelangan tangan kanannya dan mereka masih punya waktu enam puluh menit lagi untuk bersiap-siap.
“Luhan pastikan kostum rusanya sudah kau bawa. Baekhyun coba hitung hadiahnya jangan sampai ada yang tertinggal, dan Chanyeol berhenti memaksakan topi bundar itu untuk bisa menutupi telinga lebarmu itu.” Kyungsoo bergerak cepat mengambil topi bundar milik Chanyeol dan menukarnya dengan topi santa.
“Hei, jangan mengejek telingaku, ini telinga orang tampan, coba kau lihat Legolas.”
Kyungsoo memandang salah satu teman ‘tiang listriknya’ itu dengan kesabaran yang semakin menipis. “Ngomong sekali lagi, kau akan kutendang hingga Dol Guldur.”
Baekhyun sontak mendengus menahan tawa sembari memberikan raut simpati palsunya terhadap Chanyeol. Dan yang bersangkutan hanya bisa bersungut-sungut.
“Siapa itu Legolas dan apa itu Dol Guldur?” tanya Lay polos.
“Drummer band Mettalica dan nama stick drumnya.” Ujar Chen mantab dan Lay pun percaya. Sedangkan Chen hanya menatapnya dengan mata membulat dan eskpresi takjub.
“Wow kita semua terlihat menarik. Aku yakin anak-anak kecil itu akan suka melihat kita.” ujar Lay dengan semangat sembari menggosok-gosokkan kedua tangannya. Ia memilih untuk mengabaikan ekspresi ketakjuban yang terpampang di wajah Chen.
“Tidak usah banyak bicara, kau yang pegang kuncinya kan? Jangan sampai tertinggal atau kita akan pulang jalan kaki.” Ketus Kyungsoo.
“Aku sudah membawanya di kantong.” Lay menepuk dada sebelah kirinya tempat kunci keramat itu berada.
Mereka berdua belas adalah sekelompok orang yang diberi kekuatan khusus. Dan setiap bulannya mereka harus melakukan satu acara amal sebagai syarat agar sisi jahat dari kekuatan khusus mereka tidak muncul.
Jika mereka tidak melakukan acara amal dalam satu bulan, maka sisi jahat itu akan berakibat mengurangi sebulan dari usia mereka yang seharusnya.
Dan yang harus mereka lakukan hanyalah menghirup energi positif dari orang-orang yang datang pada acara amal itu. Sehingga mau tidak mau mereka harus bisa menghibur untuk bisa membuat orang lain senang dan mengeluarkan energi yang mereka butuhkan.
Sejauh ini selama misi berlangsung, mereka memakai kekuatan teleport Kai agar praktis. Namun cara itu menyimpan satu kelemahan, yaitu kunci rumah yang mereka tinggali harus selalu dibawa agar energi rumah yang terserap dalam kunci itu bisa menghubungkan jalan teleportasi yang dibuat oleh Kai.
Jika kunci rumah itu terjatuh atau hilang, maka mereka tidak akan bisa kembali dengan cara berteleport. Mereka hanya bisa kembali pulang dengan cara normal yaitu berjalan kaki atau naik kendaraan umum.
Parahnya yang mendapat giliran memegang kunci keramat untuk kali ini adalah Lay. Orang yang mungkin daya ingatnya setara dengan kakek nenek berusia tujuh puluh tahun.
“Jaga kunci itu baik-baik, aku sedang tidak mood menjadi perhatian banyak orang jika harus naik bus dengan kostum hijau seperti ini.” Desis Baekhyun.
Lay hanya mengacungkan kedua jempolnya sebagai symbol bahwa ia mengerti dan semuanya akan aman. Mereka tidak akan pulang jalan kaki atau naik bus umum.
“Baiklah sudah waktunya kita berangkat. Pastikan semuanya tidak ada yang tertinggal.” Komando Suho mengabaikan ‘kepolosan’ Lay yang sudah mencapai taraf ‘tidak termaafkan’.
Dengan segera kedua belas laki-laki itu berdiri berdampingan membentuk sebuah lingkaran. Dengan kostum hijau seperti itu mereka semua tampak seperti pasukan Santa-pembagi-hadiah yang meyakinkan.
Di bawah mereka, sebuah lambang pentagram tercetak dengan sempurna di lantai tempat mereka berpijak. Mereka semua berpengangan tangan dan mulai memejamkan mata.
Angin berhembus kencang dan lambang itu kemudian berpendar keemasan. Begitu pula dengan rajah symbol hitam di setiap pergelangan dalam tangan kiri mereka.
“Bayangkan tempat yang akan kita tuju. Jangan sampai terpisah. Pada hitungan ketiga, satu.. dua..tiga!!!”
Dalam sekejap kedua belas orang itu menghilang layaknyanya bayangan diiringi dengan suara seperti benda jatuh.
Benda itu kecil.
Berwarna kuning tembaga kusam.
Dan berbentuk kunci.
….
Note:
Yang ga tau Legolas, itu peri ganteng di The Lord of The Ring *-*
Sedangkan Dol Guldur itu tempat suram yang dihuni banyak Orc, makhluk serem =_=
Hahahaha aku hanya iseng pengen nulis dan…
mengapa hasilnya begini zzzzz
gpp yang penting foto Baekhyun di posternya itu lucuk *uyel2*
Filed under: fan fiction, one shot Tagged: Byun Baekhyun, Do Kyungsoo, EXO, Huang Zi Tao, Kim Jongdae, Kim Jongin, Kim Junmyun, Kim Minseok, Kris Wu, Lu Han, Oh Sehun, Park Chanyeol, Zhang Yixing
