Cahanya mentari pagi menelisik dari sela-sela tirai jendela kamar. Berbaur dengan sedikit sepoi angin, linen tipis kuning gading itu tampak layaknya kibaran jubah yang begitu megah bersambut kemilau pagi. Waktu itu memang boleh dibilang masih terlalu dini meski kaki langit hampir telah terang benderang sepenuhnya.
Tepat di tengah kamar, ada seorang lelaki yang masih bergelut dengan mimpi—semakin nyaman dalam balutan selimut di antara suhu rendah yang disisakan embun pagi. Tidak ada yang bisa mengusik kenyamanannya—tidak ada, sampai ketika bau harum menggebrak indera penciumannya.
Wangi kopi yang terseduh oleh air panas membuatnya tersenyum di ambang batas sadar dan ketidaksadarannya. Samar ia juga dapat mencium aroma omelet dan harum roti bakar dengan aroma lelehan mentega yang khas.
Perlahan tapi pasti, matanya semakin menolak untuk tetap terpejam. Perutnya yang kosong memaksanya untuk segera bangun dan mencari sumber aroma-aroma menggiurkan itu.
-
Suatu kejutan yang menyenangkan bagi Siwon, mendapati kekasihnya ada di dapur apartemennya. Dari arah kedatangannya, Siwon hanya bisa melihat punggung gadis itu. Dia tampak tak terusik dengan kehadiran lelaki itu—barangkali karena terlalu sibuk dengan omelet yang sedang dia tata mengisi piring-piring yang tersusun di atas konter dapur. Dua cangkir kopi dan dua potong roti bakar telah lebih dulu tersaji di atas meja makan.
Tanpa bisa dicegah, hati lelaki itu dalam sekejap diliputi rasa hangat. Gadis itu melakukan semua ini untuknya.
“Kau memanfaatkan kunci yang kuberikan padamu dengan baik untuk menyelinap ke apartemenku di pagi hari.” Lelaki itu mendudukkan dirinya di salah satu kursi dapur. Ia menarik salah satu cangkir kopi dan menyeruput cairan itu pelan dengan senyum kecil yang masih menggentayangi bibirnya.
“Kita tidak ingin kunci pemberianmu berakhir sia-sia, kan?” Gadis itu menimpali. Nadanya dingin seperti biasa dan gadis itu bahkan tak menoleh sedikitpun ketika berbicara.
Siwon mengangkat bahunya sekilas, well… ia juga sudah terbiasa dengan perilaku dingin kekasihnya. “Kupikir kau tidak bisa memasak.” Lelaki itu memulai topik lain tepat setelah ia sekali lagi menyeruput kopinya.
Gadis itu tidak segera menjawab. Tapi kali ini ia sudah selesai dengan omeletnya, ia berbalik dan meletakkan dua piring omelet berdampingan dengan piring roti yang telah mendahului. Masih tak menoleh padanya, gadis itu berbicara, “Memang tidak. Aunt Lilian yang membuat ini semua untukmu, bukan aku.” Gadis itu menyebut nama seorang pelayan di rumahnya.
Sebelah alis Siwon terangkat. Ah, benar. Dunia pasti akan segera kiamat jika tiba-tiba saja kekasihnya ini tiba-tiba bisa memasak. Tetapi kebahagiaan Siwon tak gampang dimatikan, “Kau tahu,” Ada jeda sejenak saat lelaki itu mencuil potongan kecil omelet dan memakannya. “—kau tidak perlu membangunkan Aunt Lily begitu pagi hanya untuk membuatkanku sarapan.”
Aaahh… melihat bagaimana reaksi gadis itu dengan menatapnya dengan mata terbuka lebar, sepertinya Siwon tidak salah menduga bahwa gadis itu memang telah membangunkan pelayannya dan memaksanya memasak begitu pagi. Aunt Lilian yang malang, pasti tidak mudah berhadapan dengan Nona Kecil yang pemaksa sebagai majikan.
Rona merah menjalar dengan cepat di pipi gadis itu. Barangkali karena efek begitu malu bahwa usahanya menunjukkan perhatian lebih pada Siwon baru saja terbongkar. Tapi bukan salah Siwon jika harga diri gadis itu setinggi langit. Bukan salahnya jika arogansi membuatnya begitu enggan untuk mengakui kalau cinta yang mereka bagi ternyata tidak berasal dari pihak Siwon semata. Dan tentu saja juga bukan salahnya jika gadis itu begitu gengsian untuk menunjukkan perhatiannya, menyembunyikan rasa pedulinya di balik ekspresi dingin yang telah dia latih dalam waktu yang sangat lama.
Namun bagi Siwon, entah kenapa kekasih kecilnya itu semakin lama semakin terlihat menggemaskan. Beberapa ekor kupu-kupu serasa berbaris di perutnya dan menimbulkan efek menggelitik yang menyenangkan.
“Hei, Rachel, mendekatlah sebentar.”
“Apa?” Gadis itu menatap Siwon curiga.
“Mendekatlah, ada sesuatu yang ingin kukatakan”
Gadis itu membuat ekspresinya tampak begitu merasa terganggu, tetapi ia tetap mencondongkan tubuhnya ke arah meja—membuat wajahnya lebih dekat pada Siwon.
“No, lebih dekat lagi.” pintanya.
Kali ini gadis itu berdecak sambil membuat tangannya bertumpu di permukaan meja sebagai penahan tubuhnya yang kini menyeberang ke sisi lain meja di mana Siwon berada. Dan bahkan sebelum gadis itu sempat sadar dengan intensi Siwon, lelaki itu sudah bangkit dan mendekat dengan cepat—mencuri sebuah ciuman di pipi gadis itu. “I love you,” bisiknya cepat.
Saat lelaki itu telah kembali duduk ke tempat semula, ada senyum puas tersungging di wajahnya sementara Rachel masih terdiam dengan ekspresi kaget luar biasa. Tepat sesaat setelah ia mendapatkan kesadarannya kembali, Rachel dengan refleks melemparkan salah satu potongan roti ke arah Siwon.
“You, cheesy oldman!” Gadis itu memekik. Secepat kilat ia menyambar tasnya di konter dapur dan pergi dari sana, meninggalkan Siwon yang masih tergelak mendengar panggilan khas yang Rachel berikan kepadanya, mengingatkan kembali pada sembilan tahun usia yang membentang di antara keduanya. Gadis itu terlihat marah, namun Siwon tahu benar alasan mengapa Rachel terlihat harus pergi dari sana secepat mungkin. Ada rona yang semakin membara di pipinya dan senyum tertahan yang harus segera disembunyikan gadis itu. Seperti biasa, demi gengsi.
“Aku memang tua, tetapi aku masih sangat kuat. Jika kau mau, aku bisa membuktikannya kapan saja, di mana saja. Uhm, di kamar misalnya?” timpal Siwon semakin menggoda. Ia sengaja meninggikan suaranya agar gadis yang telah keluar dari dapur itu bisa mendengarnya.
Tetapi satu-satunya yang menjadi jawaban hanyalah sebuah teriakan, “Pervert!” dan disusul suara pintu depan apartemen yang ditutup dengan keras.
Siwon masih tergelak seraya meraih ponsel dari sweat pant-nya.
To : Ice Princess Yoo Rachel
Baby, come back. Please? I miss you already <3
Message sent!
-fin
a/n : Grumpy Ice Princess Rachel from The Heirs vs a tease and older Siwon. Hahaha… Aku seneng pokoknya! Dari dulu aku pengen banget masangin Rachel sama Siwon, tau gak sih? (Yeah, Diyan with her weird obsession) LOL. Rachelnya di sini usia anak sekolahan gitu, dan Siwon businessman pertengahan dua puluh menjelang tiga puluhan. XD
In attempt to accomplish Prompts’ Challenge. Prompt A-3 : Closer, accomplished.
Filed under: fan fiction, one shot Tagged: Choi Siwon, Kim Jiwon, Rachel Yoo, Super Junior, The Heirs
