.
“Daddy, kapan Lauren punya adik?”
Lauren bertanya pada daddy suatu hari Minggu pagi. Mereka sedang bersantai di depan TV saat itu, sambil menonton kartun berjudul Rio yang baru saja daddy belikan DVDnya. Lauren teralihkan saat melihat karakter burung-burung lucu bersaudara di film itu.
“Lauren ingin punya teman seperti Leo dan Kenzo. Kata Dayoungie eomma aunty juga ingin punya adik lagi.” lanjutnya. “Terus kapan Lauren punya adik seperti Leo dan Dayoungie?”
“Umm…” Daddy mengusap-usap kepala Lauren lembut. Bukannya menjawab pertanyaan Lauren, dia malah balik bertanya. “Lauren ingin adik perempuan atau laki-laki?”
“Laki-laki boleh?”
“Kenapa memangnya?”
“Karena…” Lauren memainkan boneka Loopie di dalam pelukannya. “Lauren tidak mau berbagi Loopie. Anak laki-laki tidak suka Loopie, mereka lebih suka Crong.”
Daddy tertawa.
“Terus, adik laki-laki Lauren mau diberi nama siapa?”
“Umm…” Lauren bergumam pelan. Dia mulai memutar otak.
Benar. Lauren tidak pernah berpikir sampai ke sana. Kalau punya asik seharusnya anak itu punya nama, kan? Tapi Lauren belum mempersiapkan nama apapun untuk memanggil adiknya, dan dia tidak menemukan satu nama pun yang disukainya sebagai nama adik.
Karena tidak ingin mengecewakan daddy karena belum menyiapkan nama, akhirnya Lauren memutuskan untuk main aman.
“Namanya Siwon.” ujarnya kemudian, membuat daddy mengangkat alisnya heran.
“Tapi itu kan nama daddy? Kalau sama nanti orang-orang bingung donk.”
“Kalau begitu Siwon junior. Nanti kita panggil dia Siju supaya berbeda.” Lalu Lauren mengikik pelan. Daddy terbahak sedetik kemudian.
Obrolan tentang adik ini masih berlanjut. Lauren dengan antusias memberitahu daddy apa yang dia inginkan bila memiliki adik. Seperti apa wajahnya (Lauren ingin adiknya mirip dengan Kenzo), seperti apa rambutnya (Lauren ingin adiknya berambut emas seperti Lulu), dan seberapa tinggi dia bila sudah seumur Lauren (dia berharap adiknya bisa menyamai tinggi Hunbo). Tapi dari segala obrolan itu, tentu saja harus melibatkan orang yang paling penting di antara mereka bertiga.
Daddy memberitahu mommy apa yang mereka obrolkan ketika mommy bergabung bersama mereka di ruang TV.
“Mommy, Lauren ingin punya adik. Kapan Lauren punya adik?” kini Lauren bertanya pada mommy.
Tidak selama menunggu jawaban daddy, mommy tersenyum lebar mendengarnya.
“Kalau daddy mau yang hamil adik, secepatnya juga boleh.” katanya sambil menepuk bahu daddy.
Lauren berseru girang. “Yay! Yay! Yay-yay! Lauren mau punya adik!!”
Dia loncat-loncat di atas sofa saking senangnya.
.
.
.
* * *
edisi pembodohan bayi sejuta umat.
Filed under: fan fiction, one shot Tagged: Choi Siwon, Lauren Lunde, Lauren's Diary
