credit : here
-dhamalashobita-
“Memangnya kalau aku suka harus selalu kuberitahu padamu, huh?”
∞
Tuk!
Jemari Miya menimbulkan bunyi gemerutuk ketika dia dengan sengaja mengadukannya ke atas meja. Riuh rendah tawa siswa-siswa di kelasnya tak kunjung henti sejak bel istirahat berbunyi dua menit lalu. Miya meletakkan kepalanya di atas meja, tidak peduli beberapa kawannya tengah saling lempar gulungan kertas ujian. Miya juga tidak berminat bergabung dengan mereka yang membicarakan fashion terbaru atau idola-idola mereka di majalah. Kini Miya hanya ingin memberikan atensinya pada seorang laki-laki di sudut jendela belakang.
“Mengapa dia tidak seperti Hanbin, Jisoo?” Miya membuka mulutnya, bertanya pertanyaan yang sama sekali tidak dimengerti teman sebangkunya, Kim Jisoo.
“Maksudmu?”
“Jangan-jangan Bobby tidak menganggap aku sebagai pacarnya. Aku harus bagaimana, Jisoo?” Kali ini gadis berambut sebahu itu menempelkan wajahnya ke permukaan meja, tidak lagi ingin melihat Bobby di deretan kursi sudut belakang.
“Jangan bicara macam-macam. Sudah jelas Bobby yang memintamu jadi pacarnya,” celetuk Jisoo.
“Meminta atau memaksa?”
*
Sebenarnya pernyataan cinta Bobby lebih pantas disebut ‘paksaan’.
‘Bobby, ini kue tar dengan Pepero. Cobalah! Aku membuatnya sendiri.’
‘Bobby, kau pasti suka Matcha Pepero, bukan? Ini, aku membelikannya banyak untukmu.’
‘Bobby ini…’
‘Bobby…’
Miya menatap Bobby dari kejauhan seraya memasukkan stik Pepero ke dalam mulutnya. Menurut Miya, Pepero Day sebagai Bobby jauh lebih mengasyikkan daripada apapun. Kue tar Pepero, Matcha Pepero, Cookies ‘n Cream Pepero dan Pepero lainnya yang Miya sukai. Bobby memang tampan, jadi tidak heran jika dirinya mendapatkan begitu banyak Pepero hari itu. Bahkan tadinya, Miya ingin memberikan satu untuknya seperti yang lain, sebelum akhirnya ia menghabiskan semuanya sendiri.
Langkah Miya membawa tubuhnyanya berbalik dan berjalan pelan menuju kelas sebelum akhirnya dirinya berhenti karena seseorang merangkulnya dari belakang.
“Bagaimana jika semua Pepero ini untukmu? Tapi jadi pacarku ya, Miya?”
“Ya, ya, terserah kau saja,” jawab Miya malas. Oh, Miya masih terpekur dengan Pepero di tangannya, belum sempat melihat seseorang yang mengutarakan pernyataan cinta asal, yang kemudian disetujui dengan malas oleh dirinya.
“Ladies, terima kasih atas Peperonya, pacarku pasti menyukainya!”
Miya menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan seorang laki-laki di belakangnya. Diputarkan tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan laki-laki bergigi kelinci dengan mata satu garis itu tersenyum ke arahnya, membuatnya menepuk dahinya keras.
“Apa yang kau lakukan, Bobby?” tanya Miya kesal.
“Menjadi pacarmu.”
“Sialan! Kau bahkan tidak melakukan pendekatan padaku jadi mengapa kau bisa menyatakan cinta padaku? “
“Mudah saja. Karena aku ingin melakukannya. Oke, pacar Bobby.” Bobby menyerahkan seluruh Pepero di tangannya ke tangan Miya dan berlari cepat di koridor, menyisakan Miya dengan tatapan tajam sejuta penggemar Bobby. Pacar Bobby katanya. Cih!
“Ya! Kim Jiwon! Harusnya bukan begini caranya. Mengapa tidak bisa lebih manis, sih?”
*
“Sebenarnya dia suka padaku atau tidak, sih?” Miya membalikkan kepalanya lagi, kali ini menatap Jisoo yang terpaksa menurunkan bukunya sebatas dagu ketika Miya mengajaknya berbicara.
“Kalau tidak suka, untuk apa dia menyuruhmu jadi pacarnya?” tanya Jisoo balik.
“Supaya dia tidak dikejar-kejar lagi mungkin?” Miya yakin itu alasan yang tepat untuk penjelasan hubungannya dan Bobby. Pasalnya, sejak satu minggu bersama dalam insiden Hari Pepero, Bobby tidak lagi menampakkan diri di depan Miya sebagai kekasih. Jangan tanya apakah sebenarnya Miya menyukai Bobby? Karena sebenarnya Miya sudah jatuh cinta. Jauh sebelum Bobby memberinya titel ‘pacar Bobby’.
Jisoo menggeleng pelan kemudian mengembalikan posisi bukunya untuk dibaca. “Menurutku dia tidak sedang bercanda saat itu.”
“Tetap saja aku tidak percaya.” Miya menatap Jisoo lekat-lekat kemudian menghela napas. Menurutnya, menjadi Jisoo itu sangat menyenangkan. Hanbin yang romantis, Hanbin yang pengertian, dan yang lebih penting, Jisoo sering mendapatkan surat cinta dari Hanbin.
Setelah jeda beberapa saat seraya menunggu, Miya bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Bobby dan melipat tangannya di depan dada.
“Ada apa?” tanya Bobby pelan.
“Jawab aku, ya! Apa kau menyukaiku?” Miya mengetuk-ngetukkan kakinya selama menunggu jawaban Bobby. Darahnya mulai mengalir ke ubun-ubun, sementara itu orang-orang di sekitar mereka hanya bisa tertawa—menertawakan Miya dan Bobby pastinya.
“Tentu.”
“Bohong!”
“Jadi aku harus melakukan apa agar kau percaya?” Bobby menatap Miya lekat-lekat, menunggu jawaban gadisnya yang hari itu berubah jadi manja.
“Mengapa kau tidak bisa seperti Hanbin? Hanbin dan Jisoo saja saling mengucapkan ‘aku sayang kamu’ lewat sticky notes! Atau menulis surat cinta!”
“Jadi yang kau ingikan hanya surat cinta? Mudah!”
Miya menggeleng pelan. “Katakan dulu kau menyukaiku, kemudian kau baru boleh menulis surat cintanya.”
Alih-alih mengatakannya, Bobby malah mengambil sticky notes berwarna kuning di meja Miya kemudian menulisinya sedikit.
“Memangnya kalau aku suka harus selalu kuberitahu padamu, huh? Kalau hanya sticky notes begini, aku juga bisa memberikannya padamu setiap hari, Miya. Lebih banyak dari yang Hanbin bisa berikan pada Jisoo!” seru Bobby seraya menempelkan sticky notes yang sudah ditulisinya di dahi Miya. Bobby berjalan melewati Miya sambil mengacak rambut gadisnya itu. Beberapa langkah kemudian ia berhenti dan berbalik.
“Pulang sekolah nanti, um, bagaimana jika kita kencan? Ini terdengar aneh, ya, tapi aku…aku sudah berlatih mengajakmu kencan seperti ini sejak sebulan yang lalu. Jadi kau harus mau, Miya!”
Miya mematung. Sebenarnya yang dia inginkan hanya sepucuk surat cinta dari Bobby. Ia mencabut sticky notes di dahinya dan menatapnya lekat-lekat. Titik dua, tanda bintang.
fin.
- tulisan lama yang pernah dimuat di sini
- bobby unyu banget, aku nggak tahan!
- perkenalkan, Goo Miya adalah adiknya Goo Junhoe. aku masih memikirkan nama untuk OC-nya Junhoe. ada saran?
Filed under: fan fiction, one shot Tagged: Titik Dua Tanda Bintang
