Quantcast
Channel: saladbowldetrois
Viewing all articles
Browse latest Browse all 585

[Ficlet] Heart’s Vow

$
0
0

HV

In good times and in bad times, in sickness and in health…

I promise to be true to you. And I will love you for all the days of my life…

-

Saat ia datang membuka pintu dan lantas memaksakan seulas senyum, aku seketika itu tahu bahwa waktunya tidak akan lama lagi. Dokter pasti telah mengatakan sesuatu yang buruk padanya.

Itu bukan salahnya. Aku yakin ia sudah berusaha keras untuk membuat senyum itu terlihat natural. Tetapi puluhan tahun yang telah kami lewati bersama tidak berlalu dengan sia-sia. Aku telah belajar untuk mengenal di setiap detiknya dan sejak itu aku berhasil membongkar sekecil kebohongan yang ia simpan.

Ia mendekat dan kemudian menggenggam erat tanganku. Senyum itu masih ada di sana—di antara kulit wajahnya yang keriput dan semraut rambutnya yang memutih. Tatapanku lalu menelusur pada tangan kami yang saling menggenggam di tepian tempat tidur. Di salah satu jemari kami masing-masing masih melingkar cincin emas pengikat janji—meski benda itu kini terlihat telah begitu longgar dibanding saat pertama kali kami mengenakannya dulu.

Saat tatapanku kembali ke wajahnya dan masih menemukan senyumnya di antara tatapan yang begitu lembut, seketika aku balas tersenyum. Dia dan aku jelas telah kalah bertarung dengan waktu, menua adalah salah satu hal yang tak dapat dihindari. Tetapi dia masih melihatku dengan cara yang sama saat dia menatapku ketika kecantikan itu masih bersamaku. Dan akupun masih menatapnya seolah ketampanan itu masih berada di sana—di wajahnya.

“Hei, ada yang sakit?” Ia bertanya lembut ketika sebuah rintihan kecil terlepas tanpa sengaja dari bibirku.

Meski dadaku terasa begitu sesak. Meski pandanganku mulai menggelap. Meski kepalaku terasa berputar. Meski aku seperti telah kehabisan udara untuk kuhirup. Meski kutahu waktuku akan segera datang…

Kugelengkan kepalaku.

“Aku baik-baik saja.”

Selama kau ada di sisiku, tentu saja.

Tetapi dia juga telah belajar mengenalku dengan begitu baik. Dari genggaman tangannya yang kian erat, aku tahu tak ada secuil kecil hal yang dapat kusembunyikan darinya. Ia menatapku dalam—seolah memohon agar aku tidak meninggalkannya, agar aku mau menunggu.

Akan tetapi kami tahu waktu tidak pernah menunggu. Aku hanya bisa tersenyum dan dia segera tahu inilah saatnya.

Aku bisa merasakan bibirnya sedikit gemetar ketika ia mengecup dahiku. Perlahan di antara jeda napas yang kian memendek, aku masih dapat melihat sebuah figura yang terbingkai indah di meja kecil di samping tempat tidur. Meski puluhan tahun telah berlalu, tetapi momen itu tidak akan pernah terlupakan. Setiap bait janji hati yang pernah kami ucapkan telah kami jaga hingga akhir hayat.

In good times and in bad times, in sickness and in health…

I promise to be true to you. And I will love you for all the days of my life…

Janji itu seolah masih menggema di telinga bersamaan sinar matahari yang menelusup di antara kerai jendela yang terbuka dan terasa menyilaukan.

“Aku mencintaimu selamanya Ahn Jaehwa.”

Samar kudengar sebuah pengakuan yang telah begitu akrab di telinga. Dan itu membuat segalanya kian sempurna. Aku tidak perlu mengucapkannya dengan lantang, karena ia pasti tahu benar apa yang kuucapkan dalam helaan napasku yang terakhir kalinya.

Aku juga mencintaimu selamanya… Lee Donghae…

-fin

ppffttt… apa ini aku juga gak tahu. aku cuma lagi iseng-iseng nulis dan tau-tau udah begini aja jadinya. LOL

Eniwei, selamat hari valentine <3


Filed under: fan fiction, one shot Tagged: Lee Donghae, Super Junior

Viewing all articles
Browse latest Browse all 585

Trending Articles