Red Thing by annisafishy
***
“Kau membawa apa?” tanya seorang bocah lelaki yang baru saja menghampirinya.
Mata anak si anak perempuan berkaca-kaca, raut sedih tergambar jelas di wajahnya.
“Apa kau baik-baik saja? Benda merah itu kenapa?” tanyanya sekali lagi namun anak perempuan itu tetap diam, nampak sedang memikirkan cara agar benda di tangannya kembali utuh.
“Kau mau memperbaikinya? Ayo kubantu!” seru bocah laki-laki itu sambil menarik tangan dan mengajaknya ke gudang belakang rumah yang kebetulan tak jauh dari sana.
Alih-alih menolak, si bocah perempuan pun menerima ajakan bocah lelaki asing itu. Karena yang terpikir saat itu hanyalah, “Yang penting mainanku bisa kembali seperti semula.”
Sesampainya di tempat yang dituju, si bocah lelaki mengajaknya duduk di sebuah kursi. Ia meraih benda itu, meniliknya dengan cermat, lantas berkata, “Sepertinya benda ini sudah rusak,” yang ternyata membuat air matanya tumpah begitu saja. “Tapi tenang, kita pasti bisa memperbaikinya, kok!”
Bocah lelaki itu segera berlari untuk mengambil lem, gunting, dan solatip di lemari perkakas, ia juga mengambil cat merah di laci paling atas. “Apa yang menyebabkan benda ini rusak?” tanyanya sambil mulai menyusun alat-alatnya di atas meja kayu lapuk di depan mereka. Lampu gudang yang agak redup tidak menyurutkan niatnya untuk membantu gadis manis yang duduk di sampingnya.
“Tadi ada seseorang yang mengambil benda ini dariku, aku sih senang karena kupikir ia mau bermain denganku dan benda ini. Ia melambung-lambungkannya ke udara dan aku sangat senang saat melihatnya,” ia menghapus bekas-bekas air mata yang masih menempel di pipinya, “Tapi setelah cukup lama kami bermain, orang itu malah menjatuhkan benda ini ke tanah, menginjak-injaknya, dan menendangnya,” lanjutnya dengan air mata yang kembali jatuh satu per satu.
Bocah laki-laki itu menepuk-nepuk pelan pundak gadis di depannya, “Sudah-sudah, jangan menangis lagi! Kita bisa pasti bisa memperbaiki benda ini,kok!” hiburnya.
Dengan cekatan, ia mulai menyusun serpihan-serpihan benda itu, menempelkan serpihan yang satu dengan yang lain, dan merekatkannya dengan menggunakan lem. Ada bagian-bagian tertentu juga yang ia rekatkan dengan solatip. Setelah dirasa selesai, ia pun mengambil kuas, lalu mengecat benda itu dengan riang.
“Selesai!” Ia tersenyum lebar saat mendapati benda kesayangan gadis itu sudah terlihat lebih baik. “Jaga benda ini! Jangan biarkan orang lain merusaknya lagi, oke?”
Gadis manis itu hanya mengangguk, senyumnya kini sudah mengembang kembali. “Terima kasih,” katanya sambil tersenyum senang. Ia sangat bersyukur karena bocah laki-laki itu datang menolong dan membuat benda merah kesayangannya kembali utuh “Thank you, my hero,” batinnya.
fin.
Filed under: one shot, original fiction
