Quantcast
Channel: saladbowldetrois
Viewing all articles
Browse latest Browse all 585

[Ficlet] Hey, Dre

$
0
0

hey,dre

Photo by: Pavan Trikutam

by fikeey

Well those other girls, they are beautiful. But would they write a song for you?

“Pangeran berkudamu ada di meja seberang, Vic. Tidak ingin ikut ambil kesempatan makan siang dengannya?”

Victoire mendongak begitu rentetan kalimat bernada bariton menyelami indera pendengarannya, lantas bertatap wajah dengan Dre yang tengah menyeringai jahil. Senyuman kecil terpeta di wajah Victoire seraya tangan kanannya menyuapkan sesendoksalad sebagai makan siang.

Gadis itu lantas melempar pandangan ke arah yang ditunjuk Dre, lalu menemukan gerombolan anggota pemandu sorak tengah mengelilingi seorang murid lelaki berambut pirang dan senyuman timpang. Sesekali lelaki itu melarikan tangan kanannya mengusap anak-anak rambut yang turun, di saat itu akan ada desau kagum dari dayang-dayang yang tengah mengelilinginya. Pemandangan itu―demi Tuhan―dalam sekejap membuat rasa salad Victoire seperti kain pel.

“Aku memberi kesempatan untuk gadis-gadis lain yang juga mengincarnya,” kekeh Victoire. “Lagipula, berada satu grup di kelas Bahasa Perancis bagiku sudah cukup kok. Aku bisa memandangi mata birunya selama satu setengah jam.”

“Sayang sekali aku terlambat mengambil kelas itu,” canda Dre, mengambil gigitan besar dari hamburger miliknya. “Bagaimana? Apakah dia seorang partner yang baik?”

Surai cokelat kemerahan Victoire bergoyang-goyang kala si empunya menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan menahan tawa. Segera setelah suapan saladnya habis tak tersisa di mulut, barisan geligi gadis itu terlihat rapi ketika terbahak lepas, sementara Dre tertegun akan pemandangan di hadapannya.

“Tidak? Maksudmu … dia buruk?”

Victoire harus mengatur napas dulu sebelum menjawab pertanyaan sang lawan bicara, jadi ia mengangkat telapak tangannya sambil sesekali terkikik geli.

“Aku bisa saja menyebarkan gosip memalukan ini ke seluruh penjuru sekolah dan mulai besok tidak akan ada lagi yang mengiriminya surat,” jelas si rambut cokelat kemerahan panjang lebar. “Kau tahu, Dre? Ingatannya buruk sekali. Ketika aku berbasa-basi soal sarapan apa yang dia makan, dia berpikir lumayan lama. O Tuhan, menurutmu apakah dia menderita kelupaan dini?”

Dre tidak memiliki pilihan lain kecuali menekan hasratnya untuk terbahak dan melupakan makan siangnya beberapa saat.

“Satu lagi, satu lagi. Kau tahu gaya tulisannya? Mungkin kalau kucingku bisa menulis, hasilnya akan lebih indah daripada tulisan miliknya,” kekeh Victoire, lesungan di kedua pipinya terlihat jelas. “Aaron James si bintang sekolah menderita kelupaan dini dan memiliki tulisan cakar babi.”

Jika saja masih tersisa sepotong kecil daging ham di dalam mulut Dre, maka mungkin lelaki itu bisa mencetak skor seratus karena tersedak dan menjadikan Victoire sebagai papan sasaran.

Cerita Victoire masih berlanjut seputar si pemain basket andalan sekolah mereka; kini gadis itu mulai membicarakan kebiasaan Aaron yang lupa menutup mulut apabila sedang memperhatikan Miss Finlay di muka kelas. Menurut Victoire sendiri, awalnya memang terlihat lucu―cute, malah. Namun ketika ada aroma tak sedap waktu Aaron berbalik dan mengobrol dengannya, fantasi manis gadis itu seperti diinjak hulk,lalu terburai dan berserakan di tanah. Pada detik ini, tak hanya si rambut cokelat kemerahan yang terbahak namun Dre juga. Makan siang mereka berdua benar-benar terlupakan sekarang.

Dua puluh menit sebelum jam makan siang berakhir, Dre sudah mulai merapikan sisa-sisa makanannya lalu memastikan bahwa buku-bukunya sudah berada di dalam ransel―barusan Victoire memaksa lelaki itu untuk menunjukkan sketsa terbarunya―dan hendak beranjak. Dre berhenti sebentar lalu meleburkan atensinya kepada si lawan bicara.

“Boleh aku duluan?” tanya lelaki itu. “Well, ini sketsa yang akan kuikutsertakan dalam lomba. Kau ingat, ‘kan? Mr. Angus memintaku menemuinya sebelum jam pelajaran terakhir dimulai. Ia ingin membahas tentang lombanya.”

Victoire mengangguk semangat. “Tentu saja, Dre,” katanya ceria. “Kau pasti akan menang dengan karya seperti itu.”

Dre tak menjawab, namun ia bisa merasakan perutnya bergejolak.

“Mungkin aku akan di sini sampai waktu makan siang berakhir,” kata Victoire. “Aku akan coba menulis lirik untuk Aaron.”

Dan gejolak aneh di perut Dre sekarang terasa seperti hantaman palu Thor.

“Baiklah,” respon Dre pendek, lalu berbalik.

Lelaki itu meninggalkan Victoire yang tersenyum jahil di tempatnya sembari mengeluarkan sebuah buku kecil dari tas instrumen petik miliknya. Semua orang harus memiliki buku kecil yang menyimpan lirik-lirik buatan mereka. Iya. Itu kalimat Dre saat memberikan si benda mungil kepada Victoire sebagai hadiah ulang tahun.

Gadis itu memulai dengan membubuhkan aksara pertama di deret abjad pada kolom judul, namun ketika ia hendak menulis aksara selanjutnya ada gelitikan pelan yang membuncah di perutnya. Bibirnya memetakan senyum. Maka, memutuskan untuk mencoret tulisan tangan awalnya, Victoire lantas mengulang lagi.

Kali ini dimulai dengan huruf keempat dari deret abjad.

*


Filed under: one shot, original fiction

Viewing all articles
Browse latest Browse all 585

Trending Articles