[photo credit by chAngel]
-
She doesn’t drag around like fancy
And she’s naked around her neck
As well as naked on her finger, arms or ears
Her skin can’t stand, no germs
***
Lalu apa?
Kim Yuna sudah berada di Caffebene, sebuah kafe di ujung jalan Songpa yang hanya beberapa blok dari Joongdae Primary School tempat Yuna mengajar. Adiknya Yukwon memang terbiasa duduk merenungi nasibnya di sini sembari menunggu Yuna selesai mengajar kelas tambahan hingga sore hari.
“Tunggu aku di sana. Pesan apapun yang kau suka—aku yang akan bayar. Tidak usah takut sendirian. Tidak akan ada yang mengganggumu karena kau adalah Sadako.”
Ucapan Yukwon di telpon tadi sama sekali tidak memuaskan Yuna. Tapi tidak ada gunanya memaksa adiknya itu untuk serius. Sifat buruk yang dimiliki keduanya adalah susah untuk bersikap serius. Yang jelas ia harus menunggu adiknya itu.
Meja kesukaan Yukwon ada di ujung ruangan di dekat jendela, yang sialnya sedang ditempati oleh sepasang remaja yang sedang berkencan saling memegang tangan dan berbagi tawa. Yuna meringis memilih mengabaikan mereka dan mencari meja kosong yang lain.
Hanya ada sebuah meja bundar kosong di depan panggung kecil yang biasanya dipakai untuk menampilkan musik akustik di setiap akhir pekan. Yuna tiba-tiba teringat, Yukwon dan sahabat baiknya Park Chanyeol, yang saat SMA sering tampil bermain gitar dan bernyanyi di beberapa kafe, hanya untuk bersenang-senang tanpa dibayar.
Park Chanyeol.
Apa kabar anak itu?
-
-
-
Ponsel Yuna berdering.
“Dimana kau?”
Jelas itu Yukwon. Tidak ada sopan santun sama sekali kepada kakaknya.
“Aku sudah di kafe. Apa aku boleh memesan cheese burger? Aku lapar sekali,” ujar Yuna sambil membaca daftar menu makanan.
“Terserah. Pesan sesuka hatimu. Kau butuh banyak makan agar berat badanmu bertambah,” ujar Yukwon ketus di seberang telpon. Sepertinya ia sedang berada di pinggir jalan raya. Suara raungan mobil melintas berkali-kali terdengar olah Yuna.
“Kau di mana?” tanya Yuna penasaran.
“Bukan urusanmu,” ucap Yukwon membuat Yuna jengkel. “Tunggu saja aku di sana.”
Yuna segera menutup telponnya dengan sedikit kesal namun masih sempat mendengar ucapan terakhir Yukwon,
“Nikmati saja kejutannya.”
Kejutan apa?
-
-
-
Kim Yuna menyandarkan diri dengan lemas. Rekor tercepat Yukwon untuk datang menjemputnya adalah setengah jam dari waktu yang dijanjikan. Tapi kali ini adiknya itu cukup pintar. Yukwon tidak menyebutkan berapa lama Yuna harus menunggunya. Hanya meminta menunggunya dan menikmati kejutan…
Seseorang muncul dari balik tirai di panggung kecil kafe, membawa sebuah gitar. Seorang pelayan segera meletakkan kursi kayu tinggi dan mikrofon di tengah panggung. Orang itu, pria itu, membungkuk hormat kepada pelanggan di bawah dan duduk di tengah panggung. Tepat di depan meja Kim Yuna.
KimYuna mengenal muka pria itu…
Tidak mungkin.
Bagaimana bisa …
Bukankah ia sedang …
Pria itu mendekatkan mikrofon ke mulutnya.
“Selamat sore, semuanya,” ujar pria itu dengan ramah. “Perkenalkan, namaku Park Chanyeol. Meskipun ini bukan akhir pekan, aku ingin menampilkan sebuah lagu di sini. Lagu ini akan kudedikasikan untuk seorang pelanggan di sini yang sedang duduk menunggu seseorang, sendirian, dan terlihat kesal. Semoga lagu ini dapat menghibur dia, juga anda semua.”
Ada tiga orang pelanggan yang duduk sendirian di kafe ini: seorang pria yang sedari tadi hanya sibuk dengan MacBook Pronya sambil sesekali tersenyum karena membaca tulisan apapun yang di ada layar gadgetnya itu; seorang pria yang juga sibuk dengan laptopnya, sama sekali tidak memperdulikan sekeliling karena menggunakan headset—sepertinya sedang bermain game online; seorang wanita yang duduk di depan panggung kafe dengan wajah cemberut dan jengkel, dan saat ini sedang terlihat sangat terkejut, Kim Yuna.
Kim Yuna terperangah dengan mulut ternganga memandang ke hadapannya. Pria itu, Chanyeol, tersenyum padanya.
Apa kabar, Noona?
Suara petikan gitar mulai terdengar.
Darah Yuna berdesir. Ia sedang duduk di kursinya, tapi ia tahu tubuhnya seketika lemas begitu ia mendengar suara Chanyeol…
You are the colors to all my paintings
The best ever happened to me
You are the spirit to all my sentences
Of every song I sing
Inikah kejutan itu?
***
Tough cool down to earth
Genuine and one of a kind
She ain’t suffering from the wanna haves disease
To ease a restless mind
“Kau gila?”
Chanyeol menolehkan kepalanya ke arah Yuna. “Apa?”
Kini keduanya terdampar di sebuah bangku semen yang dingin di Songi Park. Yuna menyeret Chanyeol setelah anak itu mempermalukannya dengan menunjuk dirinya setelah bernyanyi. Lagu tadi aku tujukan untuk wanita ini. Kim Yuna hanya bisa duduk, mencoba mengumpulkan seluruh kekuatannya dalam diam sebelum ia luapkan dengan memukuli Chanyeol dengan tasnya saat mereka keluar kafe.
“Kapan kau datang?”
“Tadi siang,” jawab Chanyeol sekenanya. Ia memetik gitarnya dengan pelan, menghasilkan nada-nada random yang menjadi suara latar obrolannya dengan Yuna. “Yukwon tidak beritahu Noona, ya?”
Yuna belum sempat menjawab saat Chanyeol meneruskan ucapannya menjawab pertanyaannya sendiri, “oh, ya, aku yang meminta anak itu untuk tidak memberitahu Noona.”
Yuna terdiam.
Kenapa kedua anak ini tidak berubah juga…
“Noona suka laguku tadi?” tanya Chanyeol tiba-tiba saat Yuna sibuk melamunkan kedua anak yang gemar membuatnya jengkel ini.
“Apa?”
“Lagu tadi. Yang aku nyanyikan di kafe. Noona suka?” ulang Chanyeol.
Perlahan Yuna menggelengkan kepalanya. “Tidak.”
“Kenapa?”
“Karena kau menyanyikannya di depan orang banyak.”
Chanyeol tertawa keras. Ia menepuk nepuk badan gitarnya. “Kau malu?”
Yuna menatap Chanyeol dengan kesal dan berkata dengan suara keras, “tentu saja aku sangat malu. Di kafe itu hanya aku yang duduk sendirian, kelihatan bodoh, dan dengan tampang sangat menjengkelkan. Seluruh pelanggan di kafe itu tahu orang yang kau maksudkan adalah aku. Mata mereka tertuju padaku. Kau tidak lihat bagaimana memalukannya aku tadi? Apalagi saat kau menunjukku setelah selesai bernyanyi. Apa-apaan kau ini? Kenapa gilamu itu belum hilang juga?”
Yuna menghela napas dengan dalam begitu selesai melampiaskan kekesalannya, sementara Chanyeol hanya menanggapinya dengan tawa.
“Bukankah Yukwon sudah katakan itu adalah kejutan?” ujar Chanyeol santai. Ia tentu bisa melihat wajah Yuna tadi, memerah dan nyaris berasap. Yuna benar-benar malu setengah mati. “Kalau begitu, maafkan aku.”
Yuna menoleh. “Apa?”
“Maafkan aku. Noona tidak dengar? Maafkan. Aku.”
Tentu saja Yuna memaafkan Chanyeol. Kejadian tadi memang sangat memalukan, tapi itu hanya sepersekian bagian dari rasa senang dan bahagia yang dirasakannya.
Park Chanyeol kembali.
“Aku maafkan …”
Mata Chanyeol berbinar. Senyumnya mengembang.
“Asalkan …”
Senyum Chanyeol menipis.
“Kau nyanyikan lagi lagu itu untukku. Sekarang.”
Chanyeol membelalakkan matanya. “Sekarang? Di sini? Di taman ini?”
Yuna melirik dengan tajam. “Ya. Di sini. Sekarang.” Ia memperhatikan Chanyeol yang kelihatan bingung. “Kau tidak berani?”
Chanyeol balas menatap Yuna. “Siapa bilang aku tidak berani?” Ia membaguskan letak duduknya, menyilangkan kakinya dan membaguskan letak memangku gitarnya. “Dengarkan aku. Tapi jangan menangis karena terlalu senang. Aku tidak bawa sapu tangan.”
Yuna berniat menghantam kepala Chanyeol dengan lampu taman yang menyala di dekat mereka tapi ia membatalkan niatnya itu begitu Chanyeol mulai memetik gitar. Mata Yuna tidak lepas dari wajah anak itu begitu Chanyeol mulai bernyanyi.
They may grab away my money or break into my car
But they can’t take away my joy, my fun, my music or my rights
They may steal away my bike, or burn down mu possesion
But they can’t burn down my emotion, devotion and most of all my pride
-
You are the remedy for all my doubts
The best that I can get
You are the one I love to talk about
Even when my mood is bad
Bagaimana mungkin seorang Kim Yuna bisa menolak ketulusan anak nakal seperti dia?
-
-
-
Dan Kim Yukwon tidak kunjung datang menjemput kakaknya.
***
If I didn’t have you then what will become of me
If I had never met you girl, how would my life be
Would I be the same?
If I’d been loving another name
Would I stay untamed?
Would there be any aim
So whom i will be?
(Daniel Sahuleka – If I Didn’t)
Note:
Jika kamu sudah membaca EXO OneShot Series edisi Chanyeol, maka kamu gak akan merasa asing dengan tokoh Kim Yuna dan kisah ini 8)
Lagu ini ditulis oleh sang penyanyi, Daniel Sahuleka, penyanyi berdarah Indonesia kelahiran Semarang yang kini menetap di Belanda.
Silakan didengar dan selamat menikmati 8)
by. ukwonism
Filed under: fan fiction, one shot Tagged: EXO, EXO-K, Kim Yukwon, Park Chanyeol
