Quantcast
Channel: saladbowldetrois
Viewing all articles
Browse latest Browse all 585

[FICLET] A Shoulder to Cry On

$
0
0

A Shoulder to Cry On - by Chocokailate

 .

-o-

Sahabat adalah tempat dimana kau bisa menunjukkan sisi lemahmu,

dan menangis sepuasnya, tanpa perlu merasa malu.

-o-

 .

Lee Taemin pertama kali bertemu dengannya ketika dirinya masih berusia 7 tahun di sebuah taman dekat rumah. Anak kecil berkulit cokelat – yang sangat kontras dengan kulit Taemin yang seputih susu – dan berambut hitam itu sedang berjongkok di sudut taman, dengan kedua tangan terangkat mengusap-usap mata.

Taemin yang penasaran, ikut berjongkok di depannya dan bertanya kenapa anak itu menangis berlumuran air mata seperti bayi. Anak itu menatapnya dengan pandangan memelas dan mengadu, bahwa dia baru saja dimarahi habis-habisan dan dijewer oleh ibunya karena berkeliaran keluar rumah tanpa seijin ibunya.

Mendengar alasan yang menurutnya sepele itu, Lee Taemin tertawa terbahak-bahak hingga terjungkal, membuat anak itu menangis semakin keras. Merasa kesal karena bukannya dihibur malah ditertawakan.

Sebenarnya Taemin tidak bermaksud menertawakan anak itu. Dia hanya tidak bisa menahan diri, karena menurutnya muka anak itu lucu sekali menangis keras berlumuran airmata sepeti bayi begitu.

Taemin adalah anak bungsu di rumah, namun dia sangat kuat. Berkebalikan dari perawakannya yang terlihat lemah, Taemin justru hampir tidak pernah menangis. Meski badannya lebih kecil dibanding anak-anak seusianya, Taemin tidak pernah menangis karena alasan apapun.

Jadi dia senang sekali melihat anak yang sepertinya berusia lebih muda darinya itu menangis keras dan mengadu padanya. Seolah Tuhan tiba-tiba memberikan seorang adik padanya. Taemin pun memeluknya, menepuk-nepuk kepalanya, dan menghiburnya.

“Hei, jangan menangis lagi ya. Mari kita bermain bersama!”

 .

Hari itu, Taemin seperti menemukan seorang adik. Namanya Kim Jongin.

Jongin hanya berusia satu tahun di bawah Taemin, mereka pun bersahabat dekat. Mereka bermain bersama, masuk ke sekolah yang sama, pulang dan pergi ke sekolah bersama. Tidak hanya itu, Taemin dan Jongin masuk tempat les menari yang sama. Ya. Mereka punya hobi dan bakat yang sama. Menari.

Persahabatan mereka pun terus terjalin erat seiring dengan waktu yang terus berjalan.

.

Taemin menyaksikan Jongin yang tadinya pemalu tumbuh menjadi pemuda yang pemberani. Jongin yang tumbuh menjadi pemuda yang disukai banyak gadis. Jongin bergonta-ganti pacar – tidak seperti Taemin yang setia pada seorang gadis manis bernama Son Naeun.

Meskipun mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing, persahabatan mereka tidak pernah pudar.

Jongin yang kuat dan jagoan sekolah. Pemuda itu menjadi pelindung Taemin, dia menghajar siapapun yang berani berniat mengerjai Taemin. Bahkan jika yang mengganggu Taemin itu para senior di sekolah mereka. Jongin tidak kenal takut.

Tapi ketika Jongin bersedih, si jagoan sekolah itu hanya akan mengadu pada satu orang. Tempatnya menangis tanpa perlu takut terlihat lemah. Tempatnya menangis tanpa perlu malu.

Jongin yang kuat, si jagoan sekolah, lelaki yang membuat lutut para gadis di sekolah mereka lemas, yang membela dan menghajar senior yang berani mem-bully Taemin, akan menangis ketika dirinya sedang bersedih dan frustasi.

Dia akan datang pada Taemin, dan menangis seperti bayi. Padahal tak jarang Taemin akan menertawainya, bahkan merekam Jongin yang menangis dengan video kamera. Tapi Jongin tidak keberatan direkam, dia hanya akan menangis keras-keras meluapkan emosinya. Bahkan beberapa hari setelahnya, Jongin ikut tertawa ketika menyaksikan video rekaman itu diputar kembali.

 .

Persahabatan mereka pun tidak berubah ketika mereka lulus sekolah dan mengejar impian mereka. Tak peduli kini Taemin dan Jongin sudah dewasa, sama-sama menjadi bintang dan menerima penghargaan atas pencapaian prestasi mereka masing-masing, selamanya Jongin tetaplah menjadi cry baby Jonginnie.

Jongin akan menangis bahkan ketika dirinya sedang bahagia dan terharu, kemudian orang yang pertama kali akan dia datangi adalah sahabat terbaiknya sejak kecil, Lee Taemin.

Dan kemudian, seperti ketika mereka kecil dulu, Jongin akan mengadu sambil menangis, Taemin akan tertawa – menertawakan wajah Jongin yang berlumuran airmata seperti bayi – dan mereka akan berpelukan erat, lalu Taemin akan menghiburnya.

Jongin akan selamanya menjadi Jongin kecil yang Taemin temukan di taman dekat rumah mereka.

 .

“Kenapa jagoan sepertimu cengeng sekali seperti bayi, sih?”

“Enak saja! Aku tidak cengeng! Aku kan hanya meluapkan emosiku agar hatiku lega.”

“Ya ya ya. Tapi kenapa kau hanya menangis di hadapanku? Kenapa tidak di depan orang-orang lain?”

Eumm … kurasa …”

“Apa?”

Karenakausahabatterbaikku.”

“Hah? Apa?”

“Karena kau sahabat terbaikku, Lee Taemin! Jadi aku tidak perlu malu menangis di hadapanmu meski wajahku penuh ingus. Puas?”

 .

-o-

“And when the whole world’s gone, you’ll always have my shoulder to cry on.”

-o-

A Shoulder to Cry On

.

.

.

.

*I love Kim Jongin and Lee Taemin’s friendship so much :’) Apalagi dua orang ini adalah biasku. Jadi, akhirnya aku bikin ficlet ini gara-gara foto MMA kayak yang di atas itu bertebaran di timeline twitter-ku. Aaaaak *guling-guling bareng TaeKai*

Quote “And when the whole world’s gone, you’ll always have my shoulder to cry on” milik Tommy Page.

Semoga kalian suka yaaa ^^

~Chocokailate


Filed under: fan fiction, one shot Tagged: Kim Jongin, Lee Taemin

Viewing all articles
Browse latest Browse all 585

Trending Articles