Quantcast
Channel: saladbowldetrois
Viewing all articles
Browse latest Browse all 585

[Ficlet] Pir Terakhir

$
0
0

large (1)

Kau memiliki ayah. Dia adalah seorang pria berumur lebih dari setengah abad yang hobi memancing. Ayah jarang berbicara padamu, tetapi beliau akan sangat cerewet ketika bertukar cerita dengan ibu, anak sulung, dan kedua cucunya. Jangan bertanya mengapa, karena seumur hidup kau tak pernah berminat untuk mengetahui jawabannya.

Setiap hari kalian menginjakkan sepasang kaki di tegel yang sama, ubun-ubun kalian dinaungi langit-langit rumah yang sama jua, pun hidung kalian menghirup udara serupa. Bertemu di pagi hari adalah sebuah kegiatan yang jarang terjadi. Biasanya beliau kembali tidur selepas shalat subuh, sedangkan pukul 6.20—waktu di mana kau biasanya pergi sekolah—agaknya cukup berat untuk membuka sepasang mata, lantaran beliau seyogianya menggauli televisi hingga pukul 2 dini hari.

Mencium tangan ayah di kala Matahari masih betah berdiam diri di ufuk timur adalah hal yang langka. Pagimu dan ayah dilalui tanpa salam dan doa. Tidak apa-apa, pikirmu tak acuh—kala itu.

//

Ayah lahir di bulan November, sedangkan kau di bulan Oktober.

Pernah. Di saat kau menginjak umur sepuluh, ayah lupa ulang tahunmu. Hari itu beliau pulang dengan membawa sebuah mainan, kau memekik senang tatkala melihatnya melalui jendela, namun di sisi lain sepasang irismu terpicing heran lantaran yang ayah bawa adalah robot-robotan.

Kau menyambut dengan kikuk di ambang pintu, berharap akan ada sebuah ucapan selamat dan untaian doa yang akan beliau ucapkan khusus untukmu—anak bungsunya.

Namun, tak ada apa-apa selepas kedatangan ayah. Cucu laki-lakinya adalah orang yang pertama beliau cari kala itu. Dan akhirnya, kau tahu bahwa buah tangan tersebut bukanlah untukmu.

Kau menangis, sedangkan ibu mencoba bicara dan beliau hanya menjawab: ayah pikir adek ulang tahun di bulan Desember. Tapi, di tahun-tahun selanjutnya ayah tetap tidak ingat. Sehingga, kau pun memutuskan untuk sedikit membenci ayah mulai sejak saat itu.

//

Pir. Serupa ayah, kau juga sangat suka dengan buah itu. Tak jarang buah tersebut menjadi media di mana kebekuan di antara kalian bisa sedikit mencair. Aneh? Tapi itu kenyataan.

Kala itu—malam di mana akan menjadi malam paling berharga untukmu—ayah menemuimu untuk mengajak mengupas buah pir bersama di teras rumah. Jelas kau tak menolak, lantaran sudah tertanam di kepalamu bahwa ritual makan buah pir bersama ayah adalah kegiatan favorit, kendati kau tak tahu bahwa itu adalah pir terakhir…

Kalian duduk bersampingan, tak berbicara banyak. Kau pasif, dan ayah pun begitu. Kalian berbincang seperlunya, dan kau akan sangat benci bilamana mengingat hal itu saat ini.

“Dek, ayah minta maaf, ya.”

“Kenapa?”

Ayah tersenyum getir seraya menyodorkan kupasan buah pir. “Gak apa-apa, pokoknya ayah minta maaf ya, dek? Ayah sayang loh sama adek.”

Kau hanya mengangguk paham dan tersenyum, beranggapan bahwa tak pernah ada yang harus dimaafkan dan memaafkan, dan ayah harus tahu itu…

//

“Main yuk?”

Siang itu, kau menolak ajakkan teman-temanmu untuk bermain selepas kegiatan belajar-mengajar di sekolah berakhir dengan kelakar: aku ada janji nganter ayah pergi. Kendati keempat temanmu terlihat kecewa, namun pada akhirnya mereka membiarkanmu pulang.

Di perjalanan, suasana terasa lebih sepi dari biasa. Kau tak memikirkan apa-apa, hanya berjalan sembari merasakan desauan angin yang terasa lebih menusuk dari biasanya. Serta-merta, ada hampa yang menaungi perjalanan pulangmu. Dan ketika sampai di rumah, kau hanya bisa mematung di ambang pintu, menyaksikan ibu menangis tersedu di samping ayah.

Kau tak pernah lihai menangkap sebuah firasat. Acara makan buah pir lainnya yang kau harapakan di masa depan hanyalah sekadar harapan. Kurang dari 24 jam setelah kalian tak bertingkah layaknya sepasang orang asing, ayah pun pergi untuk selamanya. Meninggalkanmu dengan sebuah kata maaf, kebersamaan, dan kenangan indah yang tak akan pernah kau lupa hingga detik di mana kau akan menyusulnya.

Selamat jalan, ayah.

 

—fin.


Filed under: one shot, original fiction

Viewing all articles
Browse latest Browse all 585

Trending Articles