Ada sebuah pertanyaan yang Lulu tanyakan ketika selesai membaca cerita untuk Lauren dan Dayoung. Katanya,
“Kalian tahu tidak, punuk unta itu buat apa?”
Lauren dan Dayoung saling bertatapan sekilas sebelum Lauren berseru, “Itu bisul ya, Lulu?” dia bertanya.
Dan Dayoung sepertinya tidak setuju, karena tidak sampai sedetik kemudian dia mendebatnya, “Bukan Loren, punuk itu buat sandaran, tahu?”
“Buat sandaran? Saat duduk, ya?”
“Bukan, Girls. Punuk unta itu buat menyimpan air.” Lulu menyambar obrolan dadakan Lauren dan Dayoung. Lulu kemudian membuka kembali buku cerita yang baru saja dia bacakan, dan memperlihatkan gambar unta pada mereka.
Lauren dan Dayoung seketika mendekat untuk melihatnya.
“Lihat nih,” Lulu mulai menjelaskan. “Unta itu hewan yang kuat. Dia hidup di padang pasir—“
“Padang pasir itu apa?” Lauren bertanya.
“Padang pasir itu dataran yang isinya pasiiiiiiir semua, tidak ada sungai, tidak ada pohon. Seperti di Nevada itu.”
“Nevada itu di mana?”
“Umm…” Lulu menggaruk sisi kepalanya, “Nevada itu di sebelah barat Amerika, nanti kuperlihatkan di peta kalau kalian ke rumahku.”
“Peta itu apa?” kini Dayoung yang bertanya.
“Peta itu….” Lulu berdehem, lalu menjawab setelah dua detik. Tepat. “Nanti kuberitahu, sekarang lihat unta ini dulu, deh. Tadi kubilang, dia hidup di padang pasir kan? Jadi, karena di sana tidak ada sungai, kalau sedang berjalan jauh, unta bisa tidak makan dan tidak minum sampai berhari-hari….”
“Tidak haus ya untanya?” Lauren dan Dayoung berkomentar bersamaan, “Huebaaaaaatt….”
“Iya, unta itu kuat. Sekali minum dia bisa sampai 5 ember. Lalu airnya itu disimpan di punuknya ini, dan bisa bertahan sampai berminggu-minggu. Keren, kan?”
Lauren dan Dayoung saling berpandangan lagi, kini sedikit lebih lama. Lalu mereka sama-sama memandangi kembali gambar unta di dalam buku sebelum membombardir Lulu dengan pertanyaan-pertanyaan.
“Untanya besar ya, bisa minum banyak sekali?” Lauren bertanya.
Dayoung tidak mau kalah, masih bersikeras punuk unta buat sandaran. “Punuknya bukan buat sandaran? Harusnya buat sandaran, Lulu.” katanya bersikukuh.
“Lalu bagaimana caranya air minum unta bisa sampai ke punuknya, Lulu? Ada sedotannya, ya?”
“Mana mungkin ada sedotannya, Loren. Punuk unta untuk sandaran, kan?”
Lulu menggaruk kepalanya lagi, dan akhirnya dia mengangguk-angguk.
“Iya deh, punuk unta bisa buat sandaran juga sih.”
Lalu tamat.
.
.
.
* * *
*based on true story*
Filed under: fan fiction, one shot Tagged: Lauren Lunde, Lauren's Diary, Yoon Dayoung
